Selasa, 16 Oktober 2007

Pascabentrokan, Pos Lantas Dibakar, Jalan Diblokir Warga

updated:Rabu 17/10/07 - Pascabentrokan antara warga dengan aparat, Senin (15/10) malam lalu, situasi keamanan di Gerung, Lombok Barat belum sepenuhnya kondusif. Situasi kembali memanas, setelah jenazah Mahli salah seorang warga yang diduga anggota komplotan perampok, dikubur dipemakaman umum setempat. Usai pemakaman, sekitar pukul 17.30 Wita sekelompok orang membakar Pos Lalu Lintas (Lantas) yang berlokasi di simpang lima Gerung dan memblokir jalan sepanjang satu kilometer mulai dari simpang lima Gerung.

Pantauan Suara NTB di TKP hingga Selasa (16/10) malam kemarin, setelah pembakaran Pos Lantas, massa kembali terkonsentrasi di Pasar Lama Gerung. Ban bekas kembali dibakar di lokasi tersebut. Aparat Kepolisian yang diturunkan dalam jumlah besar terus bersiaga melakukan langkah antisipasi. Menurut Kabid Humas Polda NTB, AKBP. HM.Basri, selain personel Polres Lobar, Polda NTB juga menerjunkan bantuan personelnya. ''Personel bantuan dari Polda NTB masing-masing satu kompi Brimob dan satu kompi Dalmas,'' sebutnya.

Sementara situasi ibu kota Kabupaten Lobar ini, masih mencekam. Jalan-jalan di pusat keramaian Kota Gerung tersebut masih dipenuhi batu dan pecahan botol berserakan pascabentrokan yang terjadi malam sebelumnya. Begitu juga dengan toko-toko serta pedagang kaki lima yang biasanya berjualan di sana. Hingga kemarin sore, hanya beberapa saja yang memberanikan diri.

Sementara aksi anarkis massa yang terjadi malam sebelumnya, dipicu oleh ketidakpuasan warga Desa Perigi, Gerung, Lobar, tempat kelahiran Mahli atas insiden penangkapan itu. Berbagai versi berkembang dibalik penangkapan khususnya penangkapan dan tewasnya Mahli. Warga menilai Mahli tewas secara tidak wajar dan warga tidak percaya bahwa Mahli terlibat merampok. Sepengetahuan warga, Mahli sudah tobat dan tidak terlibat dalam aksi-aksi kejahatan lagi.

Untuk memastikan penyebab kematian ayah dua orang anak ini, keluarag Mahli meminta agar jenazah laki-laki itu diotopsi. Selain itu, permintaan otopsi agar dilakukan oleh tim dokter umum (di luar polisi). Karena mereka berpendapat, jika otopsi dilakukan tim dokter pihak kepolisian sudah pasti akan bertolak belakang dengan yang diharapkan warga karena kematian Mahli diduga akibat tindakan oknum aparat Kepolisian.

Kapolres Lobar, AKBP. Drs. Ruslan yang dikonfirmasi wartawan Senin (15/10) malam lalu menyatakan pemicu keributan tersebut sebenarnya akibat miskomunikasi di kalangan warga Perigi. Katanya, sempat menyebar isu bahwa kematian Mahli akibat tindakan polisi. Akibat miskomunikasi itu, warga yang sedang emosi mendatangi Polsek Gerung dengan membawa batu, botol, serta jeriken berisi minyak.

Menanggapi dugaan tewasnya Mahli akibat tindakan anarkis oknum polisi, Kabid Humas dalam keterangan persnya membantah tudingan tersebut. Dijelaskan bahwa Mahli tewas karena banyak kehilangan darah akibat luka bacok yang dideritanya. Mahli katanya, ditemukan dalam kondisi berlumuran darah, bersamaan ketika polisi menerima laporan adanya aksi perampokan di Kafe Dowe, Dusun Montong Sari, Gerung, Lobar. Bersamaan dengan itu, petugas melihat seseorang berjalan dengan kondisi bersimbah darah dan menyetop kendaraan dinas polisi.

Setelah ditegur, ternyata laki-laki yang belakangan diketahui bernama Mahli mengeluarkan sebilah senjata tajam yang diarahkan ke polisi yang menegurnya. Saat itu, polisi membawanya ke Polsek Gerung dan mengingat pertimbangan keselamatan dan keamanan Mahli lalu dibawa ke Polres Lobar. Karena kondisinya parah, Mahli kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara. namun diperjalanan nyawanya tak tertolong dan Mahli meninggal.

Sementara soal penangkapan lima tersangka lainnya, polisi berhasil menggerebek sebuah tempat yang menjadi tempat persembunyian kawanan perampok ini. Saat digerebek, warga yang mengetahui kejadian itu ikut melakukan penggerebekan. Tiga pelaku berusaha melawan dan hendak kabur. Akhirnya polisi terpaksa menembak Nurijan, Man dan Sandi. Sementara dua pelaku lainnya masing-masing Amaq Dani alias Danum dan Amaq Heri alias Agus hanya mengalami luka-luka dihakimi massa. (smd)

@Copyright Suara NTB
sumber : www.suarantb.com


Read More......

Senin, 15 Oktober 2007

Pendeta dan Jemaat Terluka - Ratusan Warga Serang Rumah Tempat Ibadah

Senin, 03 September 2007 - Tangerang – Sebuah rumah yang dijadikan sebagai tempat ibadah gereja HKBP di Perumahan Pondok Sukatani Permai, Blok B/8 No 8, RT 04/ RW 01, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Tangerang, luluh lantak dirusak ratusan warga, Minggu (2/9) siang.

Akibat kejadian itu, P Panjaitan (36) jemaat kebaktian dan Praesses JAU Dolokseribu, pendeta yang memimpin kebaktian menderita luka ringan akibat terkena lemparan batu. Sedangkan rumah yang dijadikan gereja mengalami kerusakan cukup parah.

Keterangan yang berhasil dihimpun SH di Mapolres Tangerang menyebutkan, peristiwa berawal ketika di lokasi seperti biasa sedang berlangsung aktivitas kebaktian. Tepat pukul 12.00 WIB, tiba-tiba sekitar 300 warga sekitar mendatangi lokasi.

Mulanya warga hanya meminta agar aktivitas kebaktian dihentikan. Tapi karena permintaan itu tidak ditanggapi, akhirnya warga menjadi emosi dan langsung melempari rumah dengan kayu dan batu.

Serangan mendadak itu tak pelak membuat sekitar 200 jemaat yang ada di dalamnya panik. Aksi brutal warga baru berhenti setelah salah seorang jemaat dan pendeta yang memimpin kebaktian terluka di bagian kepala. Kini kasusnya dalam penanganan Polsek Rajeg.
Salah seorang anggota jemaat yang dihubungi SH, Senin pagi ini menyebutkan, tempat ibadah yang diserang dan dirusak massa itu merupakan bagian dari Gereja HKBP Rajeg Ressort Tangerang.

“Dalam kejadian tersebut Bapak Praesses JAU Dolokseribu luka di kepalanya karena dianiaya massa. Praesses itu adalah Pendeta Utama dalam gereja HKBP dan disapa dengan Bapak Praesses (Bapak Preses),” ungkapnya. Dia menambahkan, Praesses Dolokseribu telah mendapat perawatan dokter dan sudah pulang ke rumahnya.

Kapolres Tangerang AKBP Tony Hermanto hingga kini belum bisa dimintai konfirmasi terkait peristiwa pengrusakan itu. Sementara itu, Kasatreskrim Polres Tangerang AKP Ade Ari mengaku belum mendapat laporan rinci terkait peristiwa itu.

“Kasusnya masih dalam penyelidikan. Untuk lebih jelasnya, silakan konfirmasi langsung ke kapolsek, karena saya juga belum mendapat laporan rincinya,” ujar Ade Ari ketika dihubungi SH, Senin pagi.

Menanggapi kejadian itu, Ketua Umum Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) yang juga Sekjen Indonesian Committee on Religions for Peace (IComRP), Theophilus Bela yang dihubungi SH secara terpisah menyesali aksi perusakan tempat ibadah tersebut. ”Jika ada masalah sebaiknya diselesaikan secara hukum, bukan dengan main hakim sendiri. Ini negara hukum,” tegasnya.

Dia mengecam tindakan massa yang brutal tersebut seraya meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus yang menimpa jemaat HKBP Rajeg Ressort tersebut.
(parluhutan gultom/bachtiar/
norman meoko)

Copyright © Sinar Harapan 2003

sumber : www.sinarharapan.co.id

Read More......

Jumat, 12 Oktober 2007

PERILAKU DPR

www.mediaindo.co.id - MEDIA/AGUNG WIBOWO
PERILAKU DPR: Seorang anggota dewan tertidur pulas sementara rekan sebelahnya asyik dengan telepon genggamnya saat berlangsungnya Sidang Paripurna DPR yang diwarnai hujan interupsi di Gedung DPR Jakarta.

sumber : www.mediaindo.co.id

Read More......

Lima Tahun Dapat 30 Baju Dinas

Jumat, 12 Okt 2007 - SURABAYA - Pengadaan seragam dinas anggota DPRD Jatim yang dilakukan tiap tahun dikritik internal dewan. Apalagi, setiap tahun, minimal dewan mendapat enam setel seragam. Dengan demikian, selama masa kerja (lima tahun), anggota dewan mendapat 30 setel pakaian. Itu belum termasuk batik yang pengadaannya insidental.

"Buat apa diberikan setiap tahun?

Punya saya yang tahun lalu saja masih bagus kok," kata Muhammad Siroj, anggota komisi A.

Dia menyatakan, baju yang diberikan pada tahun sebelumnya dianggap masih sangat layak dipakai. Mengingat, mereka jarang memakai seragam tersebut untuk keseharian. Biasanya, seragam hanya dipakai saat menghadiri paripurna. Jika hari-hari biasa, banyak yang memakai pakaian selain seragam yang telah ditentukan.

Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menilai, pengadaan seragam untuk dewan memang penting. Sebab, sebagai lembaga institusional, DPRD memang harus menerapkan kebijakan pemakaian seragam. Tapi, jika dilihat dari segi kebutuhan dan tingkat urgensinya, pengadaan seragam yang dilakukan setiap tahun itu dirasa berlebihan.

Menurut dia, penting tidaknya pengadaan seragam tersebut diukur dari kebutuhan perorangan. "Dilihat dan ditimbang dulu dong, butuhnya berapa. Jumlah yang sekarang apa tidak terlalu banyak?" ujarnya.

Siroj menyatakan, secara nasional, memang ada peraturan yang menetapkan pengadaan seragam tersebut. Namun, jika berbicara kebutuhan, dia merasa tiga atau empat setel seragam saja sudah cukup. "Satu jenis, satu setel saja. Kalau dua setel dengan jenis yang sama, itu pemborosan," tegasnya.

Siroj lalu mengalkulasi total jumlah seragam yang dimiliki anggota dewan selama menjabat. Menurut perhitungan dia, selama lima tahun, setidaknya ada 30 setel pakaian yang dimiliki tiap anggota dewan. Anggota Fraksi Demokrat Keadilan itu yakin bahwa separo di antara seragam tersebut masih sangat layak pakai.

Politikus asal Lamongan tersebut juga menyoroti mekanisme tender pengadaan kain seragam itu. Dia menyatakan, nilai tender sering tidak mencerminkan kualitas. Dia yakin, jika tender dilakukan secara benar, sekretariat dewan masih bisa mendapatkan barang dengan kualitas yang sama, meskipun nilai tendernya dipangkas hingga 50 persen dari pagu yang ditetapkan sekarang. "Kami sudah paham nilai kain yang tertinggi. Kalau tendernya bagus, bisa kok dapat barang yang berkualitas dengan harga jauh di bawah pagu," jelasnya.

Siroj mengusulkan, untuk pengadaan tahun depan, sebaiknya dibentuk panitia urusan rumah tangga (PURT), sehingga penetapan harga kain tersebut lebih transparan. Penghematan bisa dilakukan, baik melalui pemangkasan anggaran atau pengurangan jumlah seragam.

Sisa anggaran tersebut diusulkan untuk dimasukkan dalam dana pengentasan kemiskinan. "Begitu kan lebih berguna. Daripada dibelikan kain yang akhirnya tidak pernah dipakai," ujarnya.

Pernyataan senada diungkapkan Suli Daim. Anggota Fraksi PAN itu menyatakan bahwa pengadaan kain seragam tersebut harus ditinjau kembali. Sebab, saat mendapatkan jatah kain lagi, jatah seragam tahun lalu masih layak pakai. "Memang pakainya waktu paripurna saja. Makanya, masih bagus," ungkapnya. (cie)

sumber : jawapos.com

Read More......

Rabu, 10 Oktober 2007

Ketika Kaum Duafa Berebut Zakat

10/10/2007 23:54 Ramadan - Liputan6.com, Pati: Saling berebut dan berdesakan mewarnai pembagian zakat dan bahan makanan pokok murah untuk warga miskin di beberapa daerah di Tanah Air. Di Pati, Jawa Tengah, misalnya. Rabu (10/10), pembagian zakat diwarnai saling dorong karena jumlah zakat yang dibagikan tak seimbang dengan penerimanya.

Entah disadari atau tidak, cara pembagian zakat oleh seorang pengusaha di Pati, membuat seribu lebih warga miskin harus berebutan untuk mendapatkannya. Maklumlah, zakat yang dibagikan hanya untuk 600 penerima. Tak aneh, bila kemudian mereka rela berdesak-desakan saat pembagian kupon. Bahkan, mereka yang tak kebagian kupon mencoba merebut paket zakat berupa duit Rp 20 ribu beserta paket bahan makanan. Polisi yang membantu panitia pun sempat kewalahan mengatasinya.

Suasana hampir serupa terjadi saat Idham Samawi selaku Bupati Bantul, Yogyakarta, Rabu ini membagikan zakatnya kepada warganya yang kurang mampu. Ribuan orang dibiarkan antre berjam-jam di depan rumah dinas bupati untuk mendapatkan zakat sebesar Rp 20 ribu per orang. Sang bupati menyiapkan 7.000 paket zakat, namun kaum duafa yang antre jumlahnya lebih banyak sehingga ratusan orang tetap tak kebagian.

Setiap penerima menunjukkan kartu tanda penduduk dan mencelupkan jari sebagai penanda sudah memperoleh zakat. Sayangnya, Bupati Idham Samawi justru membiarkan warganya menunggu berjam-jam. Andai Bupati Bantul berkoordinasi dengan camat dan lurah, pembagian zakat boleh jadi berjalan tertib dan tidak perlu mengantre lama.

Pembagian sembilan bahan makanan pokok alias sembako gratis oleh Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, kepada warganya yang kurang mampu di Stadion Sriwedari juga diwarnai rebutan. Ribuan orang yang berharap mendapat sembako senilai Rp 50 ribu mulai menanti sejak di pintu masuk stadion. Begitu pintu stadion dibuka, warga yang sudah tidak sabaran saling berebutan dan dorong.

Para bocah dan orang tua yang tak kuat berdesak-desakan terpaksa dievakuasi dari kerumunan massa. Mereka khawatir tidak kebagian sembako yang sangat berarti di saat harga bahan pokok sudah tak terjangkau. Patut disayangkan pula, pemerintah kota belum memiliki mekanisme pembagian sembako gratis sehingga kaum duafa dibiarkan berebutan.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

sumber:www.liputan6.com

Read More......

Penghuni Rusun - Satpol PP Bentrok

Rabu, 03/10/2007 - Bentrokan antara Satpol PP dan penghuni Rumah Susun (Rusun) Pulomas, Jakarta Timur, mewarnai upaya eksekusi rusun tersebut,tadi pagi. Bentrokan dipicu dari upaya petugas Satpol PP yang memaksa masuk, kemudian memancing amarah penghuni.

JAKARTA TIMUR (SINDO) –Mereka langsung melawan dengan melempari petugas dengan batu.Alhasil, hujan batu pun tak dapat terhindarkan. Sejak pukul 08.50 WIB,sekitar 900 personel Satpol PP sudah tiba di lokasi kejadian. Sebaliknya, sejak dini hari tadi, para penghuni pun sudah bersiap menyambut kedatangan petugas.

Kebanyakan warga adalah kaum perempuan, dari remaja hingga lanjut usia. Setibanya di lokasi, petugas sempat menggelar apel persiapan. Warga sendiri saat kedatangan petugas juga sempat membentuk barikade. Warga menutup dua dari tiga ruas Jalan Nangka, di dekat rusun hingga mengakibatkan kemacetan parah di kawasan tersebut. Dalam penggusuran tersebut terlihat sebuah buldoser terparkir.

Sementara itu, puluhan aparat kepolisian juga telah siaga dengan sebuah mobil tahanan.Petugas mulai merangsek ke kompleks rusun tersebut sekitar pukul 09.30 WIB. Awalnya, petugas Satpol PP memaksa masuk melalui gerbang depan rusun.Warga menahan Satpol PP dengan saling berhadapan,kemudian saling dorong.Tak lama kemudian, terlihat lemparan batu dari kerumunan warga ke arah barisan aparat, selanjutnya batu-batu beterbangan dari kedua belah pihak. Belum diketahui jumlah persis korban luka akibat bentrokan itu. Sementara ini tiga awak jurnalis televisi luka-luka.Salah seorang wartawan dari Metro TV terkena lemparan batu di kepalanya. Sementara itu,Aan Dwi Wantoro dari RCTI terkena lemparan batu di bagian muka. Tidak hanya itu, kamera milik wartawan RCTI tersebut juga menjadi sasaran lemparan batu.

Akibatnya, kamera itu nyaris tidak bisa digunakan. Korban yang paling parah adalah wartawan Indosiar, Isa. Dia terkena lemparan batu di kepalanya hingga mengakibatkan darah bercucuran menutupi wajahnya.Mereka terjebak di tengah-tengah hujan batu yang dilakukan Satpol PP dan warga rusun. Akibatnya,mereka tidak dapat menyelamatkan diri.

Hingga berita ini diturunkan, petugas masih berusaha mengosongkan rusun tersebut. Sebelumnya, salah satu orang penghuni rusun,Farida, 72,menyatakan para penghuni siap menghadapi serbuan Satpol PP yang akan menggusur tempat tinggalnya.’’Kami telah siap menghadapi mereka,” ungkapnya,sebelum bentrokan.

Aksi penghuni rusun ini dipicu dengan permintaan dari pengelola Rusun Pulomas, PT Pulomas Jaya yang meminta warga untuk meninggalkan rusun. Sebab, pagi ini dilakukan penggusuran. Warga juga mengakui mereka telah menerima pemberitahuan akan ada penggusuran. Namun, warga mencoba bertahan hingga ada putusan dari pengadilan. Farida menambahkan, warga siap mati karena mereka membela haknya.

Warga sendiri menilai bahwa apa yang dilakukan pengelola rusun telah melanggar hukum. Sebab, warga masih melakukan banding di Pengadilan Tinggi. ’’Seharusnya, tidak boleh ada penggusuran karena pengadilannya belum selesai,”ujar Farida.

Dilaporkan pula, enam orang warga terkena lemparan batu dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. ’’Enam orang warga rusun kami luka-luka terkena lemparan batu,” ujar salah seorang warga bernama Cheny.

Keenam korban bentrok yang tidak seimbang itu langsung dibawa ke RS Mediros, Jakarta Timur. Cheny sendiri mengalami luka cukup parah Kini,Cheny masih mendapatkan perawatan intensif petugas ambulans keliling milik Pemprov DKI Jakarta. Setelah berhasil masuk, petugas Satpol PP akhirnya melakukan negosiasi dengan beberapa orang perwakilan warga.

Akhirnya,warga bersedia mengangkut sendiri barang-barangnya.Warga terlihat banyak yang menangis meratapi nasibnya. Barang-barang itu dikumpulkan di pinggiran masingmasing kamar. Terlihat beberapa ibu-ibu menangisi pengosongan itu. (helmi syarif/okezone)

sumber: okezone.com

Read More......