Rabu, 10 Oktober 2007

Ketika Kaum Duafa Berebut Zakat

10/10/2007 23:54 Ramadan - Liputan6.com, Pati: Saling berebut dan berdesakan mewarnai pembagian zakat dan bahan makanan pokok murah untuk warga miskin di beberapa daerah di Tanah Air. Di Pati, Jawa Tengah, misalnya. Rabu (10/10), pembagian zakat diwarnai saling dorong karena jumlah zakat yang dibagikan tak seimbang dengan penerimanya.

Entah disadari atau tidak, cara pembagian zakat oleh seorang pengusaha di Pati, membuat seribu lebih warga miskin harus berebutan untuk mendapatkannya. Maklumlah, zakat yang dibagikan hanya untuk 600 penerima. Tak aneh, bila kemudian mereka rela berdesak-desakan saat pembagian kupon. Bahkan, mereka yang tak kebagian kupon mencoba merebut paket zakat berupa duit Rp 20 ribu beserta paket bahan makanan. Polisi yang membantu panitia pun sempat kewalahan mengatasinya.

Suasana hampir serupa terjadi saat Idham Samawi selaku Bupati Bantul, Yogyakarta, Rabu ini membagikan zakatnya kepada warganya yang kurang mampu. Ribuan orang dibiarkan antre berjam-jam di depan rumah dinas bupati untuk mendapatkan zakat sebesar Rp 20 ribu per orang. Sang bupati menyiapkan 7.000 paket zakat, namun kaum duafa yang antre jumlahnya lebih banyak sehingga ratusan orang tetap tak kebagian.

Setiap penerima menunjukkan kartu tanda penduduk dan mencelupkan jari sebagai penanda sudah memperoleh zakat. Sayangnya, Bupati Idham Samawi justru membiarkan warganya menunggu berjam-jam. Andai Bupati Bantul berkoordinasi dengan camat dan lurah, pembagian zakat boleh jadi berjalan tertib dan tidak perlu mengantre lama.

Pembagian sembilan bahan makanan pokok alias sembako gratis oleh Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, kepada warganya yang kurang mampu di Stadion Sriwedari juga diwarnai rebutan. Ribuan orang yang berharap mendapat sembako senilai Rp 50 ribu mulai menanti sejak di pintu masuk stadion. Begitu pintu stadion dibuka, warga yang sudah tidak sabaran saling berebutan dan dorong.

Para bocah dan orang tua yang tak kuat berdesak-desakan terpaksa dievakuasi dari kerumunan massa. Mereka khawatir tidak kebagian sembako yang sangat berarti di saat harga bahan pokok sudah tak terjangkau. Patut disayangkan pula, pemerintah kota belum memiliki mekanisme pembagian sembako gratis sehingga kaum duafa dibiarkan berebutan.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)

sumber:www.liputan6.com

Tidak ada komentar: